Pada sesi pertama perdagangan Jumat (1/3/2013) saham PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA) ditransaksikan menguat Rp10 (3,84%) ke Rp270 per saham. Sementara itu, PT Agung Podomoro Land (APLN) melemah Rp10 (2,19%) ke angka Rp445.
Pengamat pasar modal Sem Susilo mengatakan, harga saham-saham properti sudah agak tinggi saat ini. Hanya saja, untuk jangka panjang, saham-saham properti tetap menjanjikan keuntungan. “Sebab, secara logika fundamental, tanah di bumi ini tidak mungkin bertambah lebar, karena tidak bisa diperluas,” katanya kepada INILAH.COM.
Karena itu, dia menegaskan, harga tanah dipastikan naik terus dan menguntungkan saham-saham properti. “Tapi, untuk saat ini, harga beberapa saham properti sudah berada pada level yang cukup tinggi lebih baik menahan diri terlebih dahulu. Untuk melakukan pembelianm, tunggu pullback, melemah terlebih dahulu. Sebab, sektor properti masih merupakan saham yang potensial untuk masa depan,” ungkap dia.
Dia mencontohkan saham ASRI jika beli sekarang terlalu berisiko. Target harga maksimal mencapai harga Rp1.000 dalam sebulan. Tapi, peluang kenaikan ke level ini, kecil. “Jika tipe investor agresif, tunggu di level Moving Average (MA)20 di kisaran Rp768,” tuturnya. Tapi, dia mengingatkan, potensi turun dan naiknya saham ASRI sudah sama. Jadi, boleh masuk di saham ini hanya untuk pemain yang agresif.
Di atas semua itu, Sem melihat peluang penguatan pada saham properti yang harganya tertinggal tapi berfundamental bagus. “Saham properti yang masih murah tinggal saham APLN dan KIJA,” papar dia.
Dia melihat sacara yakin prospek saham KIJA sangat bagus. Dia melihat, saham ini terus diakumulasi oleh para pemodal. “Saham ini saya perkirakan, tidak lama lagi setelah memecahkan resistance psikologis Rp250, KIJA menuju target Rp300 per saham,” ungkap dia.
Kalaupun terjadi koreksi, dia menilai hanya koreksi trader biasa. Bandar, kata dia, tidak pernah jual saham KIJA. “Saya rekomendasikan akumulasi beli di harga Rp250-235 dengan support Rp220. Setelah menembus Rp250, jual di harga Rp300 untuk semi investasi,” tandasnya. Sementara itu, untuk trader jangka pendek, di level Rp270 saham ini sudah bisa jual.
Jadi, dia mengaskan, baik alasan sektoral dan fundamental tidak ada masalah. Apalagi, sektor properti sedang bagus. PER KIJA di level 12,43 kali. Ini termasuk murah dibandingkan rata-rata PER properti di 15-20 kali. “Dari sisi manajemen, KIJA tak bermasalah dalam artian, tidak ada aksi korporasi yang aneh-aneh. Kita menghindari emiten yang pernah punya aksi korporasinya yang tidak masuk akal. Bed integrity,” ucapnya.
Sedangkan untuk investor jangka panjang, saham ini luar biasa prospektif. Sebab, KIJA tidak hanya bergerak di kawasan industri tapi juga residential (perumahan). “KIJA juga memiliki pembangkit tenaga listrik dan kawasan wisata Tanjung Lesung, Banten,” tuturnya.
Proyek Jembatan Selat Sunda (JSS), menurut dia, akan melambungkan harga tanah milik KIJA. Berkaca pada Jembatan Suramadu, sebelum jembatan dibangun, harga tanah di Madura hanya Rp5.000-10.000 per m2. “Bahkan tidak laku sehingga ada yang harganya Rp2.000,” papar dia.
Sekarang, lanjut Sem, pascapembangunan Suramadu, harga tanah tersebut mencapai Rp5 juta per m2. Harga tanah di Tanjung Lesung sekarang memang tidak semurah di Madura. Harganya di kisaran Rp1 juta per m2.
“Tapi, Tanjung Lesung akan menjadi kawasan wisata yang luar biasa ramainya dan akan dikunjungi baik dari Jawa maupun dari Sumatera. Meski JSS belum jadi, orang melihat prospek KIJA untuk jangka panjang,” tandas dia.
Selain KIJA, Sem juga menjagokan saham APLN. Menurut dia, jika APLN turun ke Rp375 bisa melakukan pembelian dengan target penguatan ke Rp500 dalam tiga bulan. PER APLN murah di level 8,9 kali. “Jika bisa beli, best buy di Rp375, sangat bagus,” ungkap dia.
Secara fundamental, prospek APLN sangat bagus karena bisnisnya bagus, dan harga sahamnya sekarang masih rendah. “Risiko saham APLN lebih kecil dibandingkan saham properti lain seperti ASRI, SMRA, dan lain-lain,” imbuhnya.