INILAH - Kenaikan indeks dibayangi aksi ambil untung. Tapi ada yang yakin, indeks masih akan menguat. Mana yang benar?
Sebuah kejutan terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tanpa disangka, tanpa diduga, indeks harga saham gabungan (IHSG) terus meroket dan menciptakan rekor baru. Jumat kemarin (1/3), indeks berhasil menembus level 4.800. Tepatnya, 4.811,61. Berarti, dalam sepekan, indeks menguat sekitar 3,45%.
Ini tentu mengejutkan. Soalnya, di saat menjelang akhir pekan, biasanya perdagangan saham di bursa cenderung lesu. Mereka berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang terjadi di New York Stock Exchange (NYSE). Maklum, NYSE baru tutup Sabtu pagi (WIB) atau lebih lambat 12 jam dari BEI.
Tapi, kali ini, investor seolah tak peduli lagi dengan situasi di NYSE maupun bursa di kawasan Asia. Aksi beli justru ramai di hari Jumat, sehingga indeks ditutup di level 4.811,61 atau menguat 15,82 poin (0,33%). Kenaikan ini didorong oleh masuknya dana asing yang pada perdagangan akhir pekan mencatat beli bersih Rp 2,14 triliun.
Nah, seperti biasa, di samping rasa gembira, kenaikan yang nyaris tanpa rem ini mengundang rasa was-was. Sebab, kenaikan yang signifikan selalu dibayang-bayangi aksi profit taking yang dilakukan investor. Dengan kata lain, kalau mengacu kelaziman sebelumnya, mestinya pekan depan ini aksi jual akan lebih besar ketimbang gerak beli.
Coba dengar yang diungkapkan Yusuf Nugraha. Menurut analis Trust Securities ini, ada sejumlah faktor yang dapat menekan indeks pekan ini. “Pekan ini, resiko koreksi cukup besar. Kemungkinan IHSG bergerak melemah,” kata Yusuf.
Selain terancamnya pertumbuhan ekonomi Amerika akibat kebijakan pemotongan anggaran, menurut Yusuf, tingginya inflasi di dalam negeri juga berpotensi menekan indeks. Seperti diketahui, dalam dua bulan terakhir angka inflasi sudah mencapai 1,79%. Ia memperkirakan, aksi jual akan terjadi pada saham agribisnis, keuangan, dan properti.
Lain Yusuf, lain pula pendapat Parningotan Julio. Analis dari Batavia Properindo ini memang sedikit lebih optimistis. Selain rawan aksi profit taking, menurut Parningotan, indeks sebenarnya indeks masih memiliki potensi untuk menguat. Terutama menjelang saat-saat pembagian deviden. “Tren IHSG sepekan ke depan masih akan bullish,” katanya.
Mana yang benar? Entahlah. Yang jelas, kali ini nyali investor bakal diuji.